BlackBerry
|Anti mainstream adalah ketika orang-orang tergila-gila menggunakan BlackBerry, saya memutuskan untuk menggunakan Android. Ketika orang-orang berboyong-boyong menggunakan Android, saya mencoba pilihan dari Microsoft dengan Windows Phone-nya. Sekarang, ketika banyak orang meninggalkan BlackBerry saya memutuskan untuk beralih menggunakan BlackBerry.
Why?
Kenapa BlackBerry? Mungkin banyak orang bilang, “Sudah ngga jaman”, atau “Emang masih ada ya yang pakai BB?”.
Memang benar, kini BlackBerry tidak memiliki image kuat dan eksklusif seperti beberapa tahun yang lalu. Tapi bukan berarti BlackBerry tidak bisa dilirik sebagai pilihan ditengah gempuran Android dan Apple. Beberapa minggu yang lalu saya berkesempatan untuk (akhirnya) memiliki perangkat BlackBerry 10. Yang dipilih adalah BlackBerry Z10.
*Pic : GSM Arena
History
Mungkin teman-teman saya tahu kalau dari dulu saya bukanlah seorang penggemar BlackBerry. Banyak yang menanyakan juga (sekalian nyindir) kenapa sekarang mau pakai BlackBerry?
Ok, jadi begini…
Cerita ini berawal ketika BlackBerry masih jaya-jayanya. Mungkin ketika handset BlackBerry dengan OS 5 atau 6 masih merajai dunia smartphone. Dulu, BlackBerry dikenal sebagai handset wajib bagi kalangan enterprise. Tentu saja karena alasan keamanan dan kemudahannya untuk terintegrasi dengan sistem suatu perusahaan.
Tapi, menjadi raja bukan berarti tanpa cela. Secara OS, BlackBerry OS 5 atau 6 banyak memiliki kelemahan, terutama masalah performance dan memory leak. Setiap beberapa saat (sekitar 1 atau 2 hari) kita diwajibkan untuk merestart handset kita. Hal ini wajib, karena handset akan terasa sangat lambat dalam bekerja. Belum lagi masalah hardware seperti baterai, trackball, dll.
Terlebih kebanyakan orang yang saya kenal pada saat itu, menggunakan BlackBerry karena sedang hype atau happening saja. Atau paling maksimal menggunakannya untuk BlackBerry Messenger, atau bertualang di dunia social media.
Singkatnya menurut saya pada saat itu adalah, “Katakan Tidak pada BlackBerry”. Lambat, tidak begitu penting, ringkih, dan cuma buat gaya merupakan pandangan saya terhadap BlackBerry.
Tapi, pandangan saya mulai berubah ketika BlackBerry mulai merilis PlayBook yang menggunakan OS dari QNX. Meskipun secara penjualan BlackBerry PlayBook memang sangat mengecewakan. Tapi dari segi software dan inovasi, perubahan OS ini sangat menjanjikan. Apalagi ketika mereka mengumumkan BlackBerry OS 10 yang akan berdasar pada OS dari QNX sama seperti BlackBerry Tablet OS.
Blackberry OS 10
BlackBerry memang pernah mengeluarkan handset layar sentuh seperti BlackBerry Storm dan Torch tapi bisa dibilang dari pengalaman menggunakan dua device itu bukan merupakan hasil terbaik yang bisa dicapai BlackBerry.
BlackBerry OS 10 kini memiliki filosofi desain yang sangat berbeda dengan BlackBerry OS 7 atau sebelumnya. Hal ini penting karena BlackBerry OS 10 juga harus mampu mengakomodasi User Experience yang lebih baik lagi ketika menggunakan navigasi layar sentuh.
Setelah pengembangan sekitar lebih dari 1 tahun, hasil yang di dapat memang tidak mengecewakan. User experience yang ditawarkan memang sangat menyenangkan. Sangat fluid dan tidak awkward. Tapi, bagi yang terbiasa dengan iOS, Android bahkan Windows Phone mungkin akan ada sedikit masa belajar. Terutama bagi yang terbiasa menggunakan tombol Home atau Back.
Yup, banyak yang merasa aneh atau tidak biasa ketika pertama kali menggunakan OS 10, karena tidak adanya tombol Home. Karena untuk navigasi di BlackBerry OS 10 lebih banyak menggunakan Swipe. Baik itu dari bawah, samping, maupun atas layar. Tapi ketika kita mulai terbiasa, navigasi ini terasa sangat mudah dan “masuk akal”.
Apps?
Perihal aplikasi merupakan salah satu yang menjadi sorotan bagi BlackBerry. Well, kenyataannya memang aplikasi di BlackBerry AppWorld (App Store untuk BlackBerry handset) tidak sebanyak di Android dan iOS. Tapi, untuk aplikasi-aplikasi umum seperti social media, berita, dll bisa di dapat dengan mudah. Hal ini belum lagi ditambah dengan dukungan terhadap aplikasi untuk Android.
Android App Support
Ini adalah salah satu hal yang menjadi killer feature dari BlackBerry 10. Yup! Kita bisa menginstall aplikasi Android (.apk) secara native di BlackBerry OS 10.
App / aplikasi bisa langsung diinstall dan dijalankan tanpa memerlukan pengaturan khusus. Kita cukup download .apk dari aplikasi yang kita inginkan dan bisa langsung kita install dan jalankan. Sayangnya implemetasi hal ini belum bekerja secarasempurna, karena pada beberapa aplikasi yang memerlukan Google Apps secara spesifik (seperti google maps, dll) belum bisa bekerja secara maksimal. Tapi implementasi ini sudah semakin baik, seiring dengan update rilis yang dilakukan oleh BlackBerry (kini versi 10.2.1). Secara umum, sebagian besar aplikasi yang ada di Android bisa berjalan dengan baik.
A Dying Company
Bukan rahasia lagi semenjak bertahtanya Apple dan Google, BlackBerry mengalami kemunduran yang sangat besar. Pendapatan atau revenue yang dihasilkan BlackBerry semakin kecil hingga menyentuh angka dibawah USD 1 Miliar, pada quarter ke-empat akhir 2013.
Beruntungnya BlackBerry kini di nahkodai oleh seseorang yang sangat luar biasa bernama John Chen. Menggantikan CEO sebelumnya, Thorsten Heins, John Chen diberi kepercayaan dan tanggung jawab yang luar biasa untuk mengembalikan BlackBerry kedalam masa kejayaannya.
John Chen bukan orang baru di dunia bisnis. Salah satu prestasi terbesarnya adalah ketika bekerja untuk Sybase. Sybase adalah sebuah perusahaan yang nyaris bangkrut di akhir 90-an. Ketika John Chen pertama masuk, perusahaan tersebut “hanya” bernilai USD 362 Juta dan memiliki segudang masalah. 13 tahun setelah Chen masuk, Sybase berubah menjadi perusahaan yang bernilai USD 13 miliar untuk di akuisisi.
Banyak keputusan baru yang diambil Chen ketika menjabat CEO BlackBerry. Salah satunya adalah merubah fokus BlackBerry dari perusahaan pembuat handset menjadi perusahaan yang fokus pada service dan data. Langkah ini penting, karena pada saat ini BlackBerry tidak bisa mengejar ketertinggalannya dari pembuat handset lain, semisal Apple. Salah satu hasil dari keputusan ini adalah dibukanya platform BlackBerry Messenger menjadi sebuah aplikasi terbuka yang bisa dinikmati pengguna perangkat lain selain BlackBerry. Ini merupakan salah satu langkah drastis yang diambil BlackBerry karena selama ini mereka sangat kuat memegang pendirian akan ekslusifitas BBM.
Langkah lain yang diambil oleh BlackBerry adalah efisiensi. Selama dibawah kepemimpinan Chen, banyak aset BlackBerry yang dijual. Alasannya sudah tentu untuk mengurangi cost yang harus ditanggung oleh BlackBerry. Salah satu cara efisiensi lainnya adalah pengurangan karyawan. Rencanannya hingga May / Juni 2014 ini, BlackBerry akan mengurangi karyawannya hingga 40%.
Hasilnya meskipun sedikit kini mulai bisa terlihat, BlackBerry meskipun masih mengalami kerugian namun tidak sebesar dahulu. Perputaran ekonominya pun stabil. Meskipun dalam beberapa tahun kedepan BlackBerry masih akan mengalami kesulitan, bukan tidak mungkin perusahaan asal Kanada ini mampu bangkit dan meraih kembali masa kejayaannya.
Conclusion
Selama beberapa minggu menggunakan BlackBerry Z10, pengalaman yang didapatkan sangat menyenangkan.
Mungkin tulisan ini bisa dibilang telat, karena Z10 dan BlackBerry OS 10 sudah dirilis lebih dari satu tahun yang lalu. Tapi sebagai end user yang baru memiliki dan menggunakan perangkat ini secara pribadi, BlackBerry patut bangga dengan produknya. BlackBerry OS 10 dipoles dengan sangat baik dan penuh perhitungan. Hal yang mutlak dilakukan BlackBerry untuk mampu bertahan dan berkembang ditengah persaingan yang sangat keras saat ini.
I can’t believe i would say this, but well done BlackBerry.
~ BlackBerry
canggih deh masnya, bener2 liat gadget dari fungsinya gacuma ngikutin tren aja hehe
mas dhavid, ternyata penyuka bb sejati..
BB17